Islamic Clock

Senin, 14 Desember 2009

Andai Menanam Anda Menuai

Pada suatu hari, seorang pemilik perusahaan ternama dan sekaligus
sebagai presiden direkturnya yang sudah berusia lanjut tiba-tiba
muncul di kantornya sekitar jam 07.00 pagi.

Para pimpinan dan karyawan perusahaan tersebut terkejut karena tidak
biasanya sang Bos datang ke kantor sepagi itu. Biasanya ia hadir
paling cepat setelah waktu zuhur atau makan siang. Itupun tidak setiap
hari. Paling hanya tiga atau empat hari se pekan.

Semua yang meilihat kedatangan sang pemilik perusahaan tersebut
bertanya-tanya dalam diri : Ada apa gerangan? Pasti ada sesuatu yang
amat penting yang terjadi.
Namun tak seorangpun yang dapat menerka apa
sesugguhnya yang terjadi atau apa yang ada dalam benak kakek sang
milyuner itu.

Di pagi yang cerah itu, ternayata beliau membawa sebuah gagasan besar
yang tergolong berani. Gagasan tersebut bahwa ia telah memutuskan
untuk mundur memimpin perusahaan yang ia bangun sendiri dan pimpin
sejak 30 tahun lalu. Yang menarik lagi ialah, ia tidak mau menyerahkan
kepemimpinan perusahaannya kepada anak-anaknya, karena takut tidak
dikelola secara professional.

Keputusan itu ia ambil setelah melihat perusahaan-perusahaan yang
dikelola oleh generasi kedua, rata-rata hancur, kecuali sedikit yang
sukses. Hal tersebut disebabkan karena anak atau generasi kedua tidak
merasakan betapa sulitnya membangun sebuah usaha sehingga tidak
memahami seluk beluknya secara detail. Ditambah lagi, biasanya,
anak-anak orang kaya merasa tinggi hati karena sejak lahir sudah hidup
sebagai anak orang kaya dan dihormati banyak orang.

Keputusan tersebut dianggap banyak orang sebagai keputusan kuno, namun
sang kakek kaya itu tetap dengan pendiriannya, kendati sudah
dinasehati sebelumnya oleh bebrapa sahabatnya. Ia berpendapat, biarlah
hasil perusahaan ini akan menjadi warisan bagi keturunannya kelak.
Untuk itu, perusahaan harus selalu dalam kondisi yang kuat dan stabil.
Anak-anaknya ia motivasi dan bantu membangun bisnis sejak dari awal
sehingga memahami betapa sulitnya merintis sebuah bisnis itu.

Dengan demikian, mereka akan merasakan dan menghormati jerih payah
orang tuanya dan para karyawan yang setia mendampinginya sejak
perusahaan tersebut dirintis 30 tahun silam.

Walhasil, setelah duduk sekitar setengah jam di ruangannya yang asri
dan dipenuhi lukisan ayat-ayat Al-Qur’an itu, ia memanggil
sekretarisnya agar memberitahukan kepada para manager, general manager
(GM) dan segenap pimpinan lainnya untuk masuk ke ruang rapat jam 08.00
tepat, karena ada hal yang amat penting yang akan ia sampaikan.
Mendengar pesan tersebut, sang sekretaris tentu merasa dag dig dug
juga sambil berfikir keras apa gerangan yang akan disampaikan sang
Bosnya.

Saat jarum Jam menunjukkan jam 08.00, dengan tenang sang kakek kaya
itu keluar dari ruangnya dan menuju ke ruang pertemuan yang terletak
tidak jauh dari ruangannya. Saat masuk ruang rapat, ia mengetuk
pintunya dengan halus sambil mengucapkan salam : Assalamu alalikum!
Semua yang hadir serentak menjawab : Waalaikumussalam warahmatullahi
wabarokatuh…

Setelah duduk, sang kakek menympaikan ucapan permohonan maafnya atas
undangan rapat yang mendadak itu, kemudian ia menjelaskan tujuan
undangan rapat tersebut sebagai berikut :

Saudara-saudara yang dirahmati Allah dan yang saya cintai. Tiba
saatnya saya mengundurkan diri dari jabatan sebagai Direktur Utama di
perusahaan ini. Saya akan memilih di antara kalian yang akan
menggantikan posisi yang cukup berat ini. Saya yakin, berdasarkan
pengamatan saya selama ini, kalian semua pantas dan mampu menerima
amanah yang akan saya berikan. Pasti di antara kalian ada yang
terbaik. Maka siapa di antara kalian yang terbaik, maka dialah yang
akan saya kukuhkan sebagai pengganti saya.

Semua yang hadir terlihat kaget dan kebingungan mendengarkan
pernyataan dan keterangan Bos mereka. Sungguh tidak pernah mereka duga
betapa hebatnya sang pemimpin mereka dan jarang mereka mendengar kasus
seperti itu. Merekapun harap-harap cemas.

Berharap terpilih dan pada waktu yang sama juga merasa gamang kalau
sekiranya benar-benar terpilih menjadi pimpinan tertinggi perusahaan
yag cukup besar tersebut, karena belum pernah terbayang sebelumnya.

Kemudian sang pemilik perusahaan tersebut melanjutkan pembicaraannya :
Sekarang kita berada pada akhir tahun hijiriyah, bulan Zulhijjah. Saya
akan melakukan tes terhadap semua yang hadir di raungan ini, tanpa
melihat posisi dan jabatan.

Karena saya yakin kalian semua adalah calon-calon pemimpin yang layak
untuk memimpin perusahaan ini. Tes yang akan saya berikan sangat
sederhana. Nanti di awal tahun depan, yakni tepatnya tanggal 1
Muharam, kita berkumpul lagi di tempat ini pada jam yang sama. Saat
itu saya akan menilai siapa yang terbaik di antara kalian yang akan
saya kukuhkan menjadi pimpinan perusahaan ini.

Adapun tes yang akan kalian jalankan ialah, bahwa setiap yang hadir di
sini akan saya berikan satu benih tanaman yang sudah saya siapkan.
Benih tersebut kalian bawa pulang, kemudian ditanam di rumah
masing-masing dan dirawat bersama istri dan keluarga. Tanaman siapa
yang paling baik, paling subur dan yang paling tinggi, maka dialah
yang berhak menjadi pemimpin perusahaan ini. Nanti pada tanggal satu
Muharram, pada jam yanga sama dengan sekarang masing-msing kalian
membawa hasil tanamannya.

Di antara yang hadir, ada seorang manager muda bernama Karim. Seperti
rakan-rekannya yang lain, Karim-pun membawa pulang benih yang
diberikan sang pemilik perusahaan tempat ia bekerja. Sesampai di
rumah, ia menceritakan meeting mendadak dengan Bosnya tadi kepada
istrinya. Istrinya sangat terharu sambil berharap semoga suaminyalah
yang terpilih kelak menjadi pimpinan perusahaan itu.

Istrinya segera menyiapkan temapat penyemaian benih tersebut, lalu
mengambil tanah yang terbaik dari belakang rumahnya. Bahkan dia segera
ke tempat penjualan perlengkapan pertanian di daerahnya tinggal dan
membeli pupuk secukupnya. Sepasang suami istri ini setiap hari
mengamati perkembangan yang terjadi pada tanamannya. Namun sayang,
benih yang ditanam tak kunjung tumbuh.

Hari berganti hari, pekan berganti pekan. Tidak terasa mereka sudah
berada pada pekan ketiga. Setiap bertemu dengan teman-teman yang hadir
dalam meeting mendadak tersebut, Karim merasa minder karena tidak ada
info membanggakannya. Teman-temannya yang lain pada semangat bercerita
bahwa tanaman mereka sudah tumbuh dengan baik dan bahkan ada yang
dengan bangganya mengatakan bahwa tanamannya sudah setinggi lututnya.
Karim tetap saja diam dan bahkan terlihat sedih.

Akhirnya, sampailah waktu yang dijanjikan. Tanggal satu Muharrampun
tiba. Setelah pulang salat subuh dari masjid dekat rumahnya, ia
berkata pada istrinya bahwa ia tidak akan masuk kantor karena malu dan
tidak ada yang bisa ia perlihatkan pada Bosnya. Kenapa? Benih yang
diberikan sang Bos tak kunjung tumbuh, apalagi sampai setinggi lutut,
seperti cerita salah seorang temannya.

Mendengar pernyataan itu, istrinya mencoba meyakinkan suaminya bahwa
ia harus pergi ke kantor hari ini kendati tidak membawa tanaman yang
sdah tumbuh dengan subur. Lalu istrinya berkata : Biarlah teman-teman
bapak membawa tanamannya yang subur itu.

Bapak harus jujur kalau ditanya Bos nanti katakan saja yang sebenarnya
bahwa kita sudah bekerja maksimal, kendati hasilnya tidak seperti apa
yang diharapkan. Bapak harus bangga membawa kejujuran kemana-mana,
ucap istrinya.

Mendengar nasehat sang istri, Karim memberanikan diri berangkat ke
kantornya hari itu, kendati hatinya was-was dan khawatir tidak akan
bisa bicara apa-apa saat pertemuan dengan sang Bosnya nanti.

Sesampai di kantor, Karim segera menuju ruang pertemuan yang telah
disepakati. Karim semakin tak berkutik saat melihat tanaman
teman-temanya sangat subur dan bahkan ada yang setinggi lutut, kendati
umurnya baru satu bulan.

Dengan tenang Karim meletakkan wadah tempat penyemaian benih dengan
tanah yang ada di dalamnya, kendati tidak tampak sedikitpun
tanda-tanda kehidupan di dalamnya. Tentu saja semua mata yang hadir
tertuju kepada wadah yang dibawa Karim sambil keheranan.

Bahkan ada yang berkomentar sinis : Mana tanamannya? Dimakan kambing
kali? Namun Karim tetap tenang dan tidak melayani komentar mereka
sedikitpun, kendati ia merasakan badannya sedang panas dingin.

Tak lama kemudian, pada jam 08.00 tanggal satu Muharram, sang Direktur
Utama masuk ruangan sambil mengucapkan salam : Asalamu alalaikum!
Semua serentak menjawab :

Walaikumussalam warahmatullahi wabarokatuh…

Kemudian ia melanjutkan pembicaraannya : Saudara-saudara sekalian,
saya sangat bahagia melihat tanaman yang kalian bawa. Dari benih yang
saya berikan sebulan yang lalu. Kalian berhasil menanam dan merawatnya
dengan baik sampai menjadi seperti ini.

Sungguh sangat membanggakan. Pada hari ini saya akan menetukan siapa
di antara kalian yang paling terbaik yang akan saya jadikan sebagai
Direktur Utama yang akan menggantikan jabatan saya.

Mendengar pujian sang pemimpin tersebut semua mereka menampakkan di
wajah mereka tanda kegembiraan dan senyuman. Di antara mereka ada yang
bertakbir : Allahu Akbar…. Alllahu Akbar… Allahu Akbar.. Kecuali
Karim, duduk di belakang sambil negalamun dan bersedih hati.

Dalam suasana gembira tersebut tiba-tiba sang Pemilik perusahaan itu
melihat salah seorang managernya yang bernama Karim duduk di belakang
sambil terlihat di wajahnya perasaan sedih dan malu. Ia berbisik
dengan sekretarisnya sambil meminta Karim menghadapnya sekarang juga.
Setelah sekretaris tersebut menyampaikan pesan Presiden Direkturnya,
Karim terperanjat dan pucat sambil berkata dalam dirinya : Tamat sudah
karirku di perusahaan ini.

Setelah Karim menghampiri sambil mengucapkan salam, sang Direktur
Utama mempersilahkan Karim duduk di samping kursinya dan meminta untuk
memperlihatkan kepada teman-temannya wadah yang hanya berisi tanah dan
tak ada tanaman sama sekali.

Teman-teman Karimpun memberikan sikap yang beragam. Mereka semua
berdiri sambil mata mereka tertuju pada wadah yang diperlihatkan
Karim. Ada yang mencibirkannya. Ada pula yang berkata : Mana
tanamannya? Dimakan kambing kali ye? Kata mereka, sambil menunjukkan
jari ke arah wadah yang dibawa karim.

Suasana menjadi sedikit gaduh. Sang pemilik perusahan diam tampa
berucap sepatah katapun. Perasaan Karim semakin tak menentu. Sedih,
malu dan bercampur marah. Namun demikian, Karim tetap bisa menahan
emosinya dan samabil berkata dalam hatinya : Inilah saya…

Setelah beberapa saat, sang pemilik perusahaan angkat bicara ;
Saudara-saudara sekalian. Dimohon semuanya duduk ditempat
masing-masing. Saudara Karim, silahkan sekarang Anda beridiri. Saya
akan menyampaikan sesutau yang sangat penting seperti janji saya
sebulan yang lalu.

Setelah menimbang dan mengamati hasil tes yang saya berikan kepada
kalian, maka dengan ini saya putusakan yang akan menjadi pimpinan
kalian mulai hari ini adalah teman kalian yang berdiri di samping saya
ini; saudara Kaaariiiim…

Semua yang hadir merasa terpukul dan bertanya-tanya; kenapa Karim yang
dipilih? Padahal dia tidak membawa tanaman, kecuali hanya wadah dan
tanah yang ada di dalamnya. Bukankan dia tybical manager yang gagal?
Banyak lagi komentar sinis lainnya yang bermunculan..

Kemudian sang pimpinan melanjutkan pembicaraannya : Tahukah kalian,
bahwa semua benih yang saya berikan kepada kalian sebulan yang lalu
adalah bibit yang rusak, dan tidak mungkin bisa tumbuh, apalgi menjadi
besar seperti yang kalian perlihatkan hari ini.

Kesimpulan saya, Karim adalah tipical pemimpin yang jujur. Sebab itu,
pada hari ini, saya tetapkan ia menjadi Direktur Utama yang akan
menggantikan posisi saya dan yang akan bertanggung jawab penuh
menjalankan perusahaan ini ke depan.

Sebelum menutup meeting kita hari ini, saya mengucapkan terima kasih
pada kalian semua dan saya ingin memberikan sedikit nasihat untuk
menjadi bekal hidup kalian semasa menjalankan kehidupan dunia ini :

    * Jika anda menanam amanah, maka anda akan menuai kepercayaan.
    * Jika anda menanam kebaikan, maka anda akan menuai persahabatan
    * Jika anda menanam tawadhu’ (kerendahan hati), maka anda akan
menuai penghormatan
    * Jika anda menanam rasa hormat, maka anda akan menuai kemuliaan
    * Jika anda menanam kesungguhan, maka anda akan menuai kesuksesan
    * Jika anda menanam keimanan, maka anda akan menuai ketenangan
    * Jika anda menanam kebohongan, maka anda akan menuai bencana

Sebab itu, berhati-hatilah! Apa yang anda tanam hari ini, pasti di
suatu saat nanti anda akan menuainya sendiri..

Al-Irfan

sumber : eramuslim.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar